Tentunya setiap anak selalu mengharapkan cinta dan perhatian dari kedua orang tuanya. Tetapi bagaimana jika orang tuanya toxic dan menyakitkan bagi anak?
Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat Administrasi Anak dan Keluarga AS melaporkan pada 2018 bahwa lebih dari 50.000 anak dianggap sebagai korban pelecehan emosional. Dia memulai saluran YouTube Psych2Go, sebuah organisasi media digital yang menangani masalah kesehatan mental.
Kata-kata kasar yang ditujukan kepada anak-anak, baik sengaja maupun tidak sengaja, membuat mereka merasa tersakiti. Perilaku toksik ini juga akan membekas dalam ingatan sementara atau seumur hidup.
Padahal, cara orang tua membesarkan anak dan bertingkah laku di hadapan mereka merupakan fondasi utama yang membentuk kepribadian dan harga diri mereka. Sebagai orang tua, penting bagi Anda untuk menyadari jenis perlakuan apa yang secara tidak sengaja dapat menyakiti anak dan memengaruhi pembentukan karakter mereka. Menurut Psych2Go, berikut delapan tanda perilaku toksik oleh orang tua yang memiliki anak.
1. Mengajukan pertanyaan provokatif
Mengajukan pertanyaan provokatif tentang tindakan atau perilaku anak juga merupakan perilaku beracun. Misalnya, dengan kata-kata “Kenapa kamu bertingkah aneh?” atau “mengapa Anda pergi, makan atau bagaimana Anda berbicara?”
Anak-anak cenderung mempercayai semua yang orang tua mereka katakan, sehingga pertanyaan yang memprovokasi, menyalahkan, atau menyindir anak akan membuat mereka merasa ada yang tidak beres dengan dirinya. Ini akan mempersulit mereka untuk menjadi diri sendiri ketika berada di sekitar orang lain, bahkan ketika mereka semakin tua. Anak mungkin merasa terjebak dan takut ketika orang lain mengejek “kesalahan” yang dibuat orang tua mereka.
Meremehkan anak-anak dengan mengatakan, “Kamu jelek,” “terlalu gemuk”, “terlalu pendek”, “terlalu kurus”, atau membuat pernyataan yang menyerang penampilan fisik kemungkinan besar akan meningkatkan keraguan diri mereka.
Anak-anak mengkhawatirkan bentuk tubuh mereka dan berhubungan dengan berbagai masalah emosional seperti gangguan makan. Orang tua harus bertanggung jawab untuk mengajar anak-anak untuk mencintai diri sendiri, apapun penampilan fisik mereka.
3. Ucapan yang menyakitkan
Orang tua tidak boleh menggunakan frasa seperti “Aku berharap kamu tidak pernah dilahirkan”, “Maaf aku punya kamu”, atau “Aku berharap kamu adalah anak lain” untuk merujuk pada anak-anak, bahkan jika mereka membuat kesalahan. Itu akan membuat anak-anak merasa tidak pantas berada di dunia ini atau mereka tidak pantas untuk hidup.
Mengatakan hal seperti itu sangat berbahaya bagi anak-anak atau orang pada umumnya. Mereka menjadi putus asa dan berhenti menjadi diri sendiri, dan dapat menyebabkan menyakiti diri sendiri atau memasuki tahap awal depresi. Orang tua hendaknya membuat anak merasa dicintai dan dihargai.
4. Membandingkan dengan anak lain
Selalu membandingkan anak Anda dengan anak dari saudara kandung, sepupu, keponakan, atau teman Anda akan menurunkan harga diri dan harga diri. Ini akan membuat mereka berpikir bahwa mereka tidak cukup baik apa pun yang terjadi.
Selain itu, membandingkan anak dengan saudara kandung menyebabkan hubungan yang tidak sehat di antara mereka. Akan ada rasa cemburu karena tidak diperlakukan sama oleh orang tuanya. Orang tua perlu memberi ruang pada anak untuk
5. Melihat anak-anak sebagai beban
“Kamu telah menghabiskan banyak uang untukku”, “Sulit sekali menjagamu” atau “Kamu membuat aku lelah” adalah ungkapan yang membuat anak-anak merasa bahwa kehadiran mereka membebani orang tua mereka.
Anak secara tidak sadar merasa tertekan, menyembunyikan perasaan dan masalah yang dihadapinya hanya untuk menghindari perilaku tidak nyaman dari orang tuanya. Nemours, sebuah organisasi kesehatan anak nirlaba, menyatakan bahwa kurangnya kasih sayang dan kebutuhan materi akan membuat anak mudah menjadi kasar dan mencuri.
Ketika orang marah, mereka bisa lepas kendali dan mengucapkan kata-kata yang tidak pantas, seperti halnya orang tua. Kata-kata “Aku akan meninggalkanmu”, “Kamu akan dikurung” atau “Aku akan pergi dan menghilang dari matamu” membuat anak merasa diabaikan.
Anak-anak akan merasa bahwa cepat atau lambat orang yang mereka cintai akan meninggalkan mereka karena mereka memang begitu. Perasaan ini akan tertanam dalam benak mereka hingga, ketika mereka dewasa, mereka mengalami krisis kepercayaan pada pasangannya karena takut ditinggalkan, yang membuat sulit untuk memiliki hubungan yang stabil dan bahagia.
7. Penghinaan verbal
Kata-kata kasar yang sangat jelas seperti “kamu bodoh”, “tidak berguna”, “pecundang” atau “kamu tidak akan berhasil” merusak harga diri anak. Di sisi lain, penting bagi orang tua untuk selalu mendukung anaknya dalam percaya diri.
8. Janji palsu
Jangan biasakan membuat janji palsu kepada anak dengan mengatakan, misalnya, “Kalau kamu melakukan pekerjaan, nanti kamu dapat hadiah” atau “kita akan pergi ke sana lain kali,” tetapi pada akhirnya jangan menepati juga membuat anak merasa dikhianati dan mengajarkan mereka untuk tidak mempercayai mereka dengan mudah sehingga mempengaruhi hubungan mereka dengan orang-orang disekitarnya.
Meskipun bahasa tidak membahayakan anak-anak secara fisik, hal itu memengaruhi kesehatan mental dan emosional mereka. Masa kecil merupakan bagian penting dari kehidupan manusia yang membentuk kepribadian, sikap dan kepercayaan seseorang. Oleh karena itu, sebagai orang tua atau calon orang tua, hal pertama yang perlu Anda pikirkan adalah bagaimana cara berkomunikasi yang benar dengan bayi Anda agar Anda tidak berakhir sebagai orang tua yang beracun.